Sulthan Al-Muzhaffar Quthuz: Sosok Yang Menghancurkan Imperium Mongolia dan Membelokkan Takdir Sejarah

Medan | Tahun 1253 M Mongke Khan, Raja dari kekaisaran Mongol cucu dari Genghis Khan menggelar ekspedisi akbar, obsesinnya menaklukkan seluruh dunia.

Ia mengirim ratusan ribu pasukan di bawah pimpinan adiknya bernama Kubilai Khan ke wilayah timur untuk menaklukkan China hingga Asia Tenggara.

Adapun ke wilayah barat, Ia mengirim adiknya yang bernama Hulagu Khan, memimpin 150.000 pasukan lengkap, menyisiri satu persatu kawasan dan menantang semua imperium yang mereka lewati.

Sejak didirikan oleh Genghis Khan pada tahun 1206 m, kekaisaran Mongol tak pernah sekalipun mengalami kekalahan, tradisi kemenangan itu terus berlanjut hingga ke era cucunya. Mongke Khan, menjabat sebagai Khan Agung bangsa Mongol ketika kekuatan mereka berada di puncak kejayaanya, kepercayaan diri, kesombongan, dan kerakusan yang luar biasa menyelimuti pasukan mereka.

Bagi bangsa-bangsa yang ditaklukkanya, mereka datang seperti wabah. Datang hanya untuk menjarah, lalu pergi meninggalkan jejak kehancuran yang tak terobati untuk selamanya.
Kekaisaran Mongolia adalah kekaisaran kedua terbesar dalam sejarah dunia, hanya dikalahkan imperium Britania, menguasai sekitar 33 juta km pada puncak kejayaanya.
Bayangkan wilayah kekuasannya 6 kali lebih besar dari wilayah Indonesia yang 5.180.053 km.

Hulagu Khan yang diutus ke Asia Barat Daya atau sekarang dikenal dengan timur tengah, dengan diikuti oleh kekejaman yang luar biasa pada setiap daerah yang ditaklukkanya termasuk penghancuran kota Baghdad yang pada saat itu terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia pada tahun 1258 yang diikuti oleh pembantaian penduduknya.

Namanya kian menakutkan ketika ia dan pasukannya berhasil mengepung benteng kota Baghdad, melenyapkan dinasti Abbasiyah dari arus waktu, yang sudah berdiri sejak 132 H atau 750 M. Pasukan ini membantai lebih dari separuh penduduk Baghdad, termasuk menenggelamkan ratusan ribu manuskrip ilmu pengetahuan yang sudah dikumpulkan selama lebih 500 tahun ke dalam api unggun dan sungai Eufrat.

Setiap kali menguasai negeri Islam, pasukan Hulagu menghancurkan kota berikut peradabannya.
Ini dilakukan Hulagu Khan dan pasukannya untuk meneror dan menghancurkan mental kaum muslimin. Strategi ini berhasil hingga tidak ada perlawanan yang berarti setiap kali pasukan Tartar ini menyerbu dan menguasai negeri islam.

Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah pun takluk, Khalifahnya Al-Musta’shim Billah dibunuh, kaum muslimin dibantai, jutaan buku dibakar, seluruh harta kekayaan negara di garong.
Setelah Baghdad jatuh, kaum muslimin makin tidak berdaya, sehingga Hulagu melanjutkan misi penghancuran ke Damaskus ibu kota Syam, dan kota-kota sekitarnya dengan mudah.
Nyaris seluruh negeri Islam telah dikuasai dan dihancurkan, tinggal Mesir yang masih menunggu giliran.

Saat itu Mesir dipimpin oleh Raja Mudzaffah Quthuz.
Dengan congkak setelah menaklukkan negeri – negeri Islam Hulagu kembali ke negerinya dan menempatkan Katbugha untuk melumpuhkan Mesir.

Ketahuilah bahwa kekuatan kaum muslimin telah hancur dan tidak akan bangkit untuk selama-lamanya.
Bahkan sekiranya kamu serang mereka dengan sepuluh orang pasti mereka melarikan diri ujar Hulagu kepada Katbugha dengan jumawanya.

Hulagu mengirim surat dan delegasi berjumlah 40 prajurit berkuda. Bersamaan dengan keberangkatan delegasinya ke Mesir, Hulagu pun pulang.

Isi suratnya meminta agar raja Mudzaffar Quthuz menyerah atau dibunuh dan seluruh rakyat mesir di bantai.

Setelah menerima surat raja Mudzaffar Quthuz memanggil dan meminta pendapat semua menterinya dan beberapa orang ulama, diantaranya Syaikh Izzuddin bin Abdus Salam yang dikenal sebagai sulthanul ulama.
Seluruh menterinya menyatakan pendapat untuk menyerah, tetapi syaikh Izzuddin bin Abdus Salam menolak dan memerintahkan raja Mudzaffar untuk melakukan perlawanan dan menghancurkan mental pasukan Mongol dan membunuh delegasi Hulagu dan menyisakan satu orang saja agar dia memberitahukan apa yang terjadi.

Pendapat ini dilaksanakan dan setelah itu raja meminta syaikh Izzuddin untuk mengumumkan jihad, memobilisasi rakyat Mesir dan menggalang dana untuk biaya perang.
Syaikh Izzuddin menyetujui permintaan raja dengan syarat seluruh kekayaan raja dan keluarganya dikeluarkan terlebih dahulu, dan raja pun setuju.

Terkumpul sekitar dua puluh ribu pasukan kaum muslimin, termasuk ulama di dalamnya para ulama pimpinan syaikh Izzuddin bin Abdus Salam.
Pasukan kaum muslimin bergerak ke utara Palestina dan mengambil tempat di Ain Jalut.

Disinilah berkobarnya pertempuran sengit dan akhirnya dimenangkan kaum muslimin, di dalam pertempuran ini raja Mudzaffar berhasil membunuh komandan pasukan Mongol, Katbugha.

Kemenangan inilah yang menghentikan laju pasukan Mongol dan menghancurkan untuk selama-lamanya.
Kemenangan ini menjadi kuburan bagi pasukan Mongol yang penuh teror itu.
Setelah itu, kaum muslimin di seluruh negeri pun bangkit kembali hingga islam semakin menyebar sampai sekarang.

Pesan Bagi Kaum Muslimin

Musuh selalu berupaya menghancurkan mental dan semangat perjuangan kaum muslimin. Jika mental kaum muslimin sudah hancur maka mudah bagi musuh untuk menyerang dan menguasainya.

Jika bersatu, maka kaum muslimin menjadi kekuatan besar yang tidak terkalahkan atas izin Allah.
Untuk itu jaga semangat persatuan umat Islam. Jangan mau dipecah belah karena kepentingan pribadi atau duniawi, agar tidak mudah dihancurkan musuh.

Kondisi hari ini bagaimana nasib kaum muslimin Indonesia di negeri muslim terbesar ini?? Jawabannya pada masing – masing kita apakah kita masih punya ghirah atau sudah lalai dengan kehidupan dunia yang menipu.
Sejarah akan tetap berulang akan tetap ada Ghenghis Khan-Genghis Khan, Fira’un-fira’un
Dimana posisi kita saat fira’un, Hamman dan qhorun menjarah negeri ini.

Penulis : Abdul Aziz, ST
Pengamat sosial.
Sumber: http://ganaislamika.com
dan berbagai literasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *